Ke Gontor, Apa Yang Kau Cari?
Oleh Gede H. Cahyana
Libur
lebaran yang lalu sempatlah saya berkunjung ke Gontor, sebuah pesantren yang
gemanya sampai ke negeri manca. Murid atau santrinya ada yang dari Malaysia, Brunei,
Singapura, Thailand, Saigon, Australia, Amerika Serikat, dan Saudi Arabia. Hingga
tahun 2012 ada 13 pondok putra dan 7 pondok putri yang tersebar di Jawa, Sumatera,
dan Sulawesi dengan luas total 7.273.670 m2 atau 727,367 hektar. Jumlah guru
dan santrinya 24.145 orang. (Sumber:
Warta Dunia, Vol. 65, Sya’ban 1433). Di ranah pendidikan tinggi, Gontor
mengelola kampus, yaitu Institut Studi Islam Darussalam (ISID) yang sedang
berbenah menjadi Darussalam University.
Di
Kabupaten Kediri ada Gontor 3 untuk putra, lokasinya di Desa Sumbercangkring,
Kecamatan Gurah. Butuh waktu 25 menit, kurang lebih, perjalanan naik mobil dari
stasiun Kediri. Menuju ke Gontor Putri (GP) 5 di Kandangan, waktu tempuhnya
sekitar 70 menit, melewati Pare, kota kecil yang terkenal dengan bahasa
Inggrisnya. Kampung Inggris, begitulah nama yang disematkan ke daerah yang
cukup sejuk ini. Lokasi GP 5 sekitar 120 meter dari jalan raya yang merupakan
jalur penghubung dan urat nadi ekonomi antara Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang.
Di
Kabupaten Ngawi ada GP 1, GP 2, dan GP 3. Berlokasi di tepi jalan raya Solo –
Surabaya, pondok putri ini mudah dijangkau oleh semua moda kendaraan. GP 1 dan
GP 2 berada di Kecamatan Mantingan, berbatasan dengan Kabupaten Sragen. GP 3
terhampar di Kecamatan Widodaren, sekitar 250 meter dari jalan raya
Solo - Surabaya, dikelilingi oleh sawah yang menghijau. Selain terminal bis
Gendingan, ada satu stasiun kereta api, yaitu Walikukun di daerah ini, dengan
jarak tempuh 10 menit dari pondok.
Di
Kabupaten Ponorogo ada Gontor 1 dan Gontor 2. Di daerah yang terkenal dengan
Reognya inilah cikal bakal Pondok Modern Darussalam Gontor. Diprakarsai oleh K. H. Ahmad Sahal, K. H.
Zainuddin Fananie, dan K. H. Imam Zarkasyi, Gontor diresmikan pada 20 September
1926 (12 Rabiul Awwal 1345). Tiga orang pendiri pondok ini dikenal dengan sebutan
Trimurti, semuanya sudah meninggal (almarhum). Kini tampuk pimpinan pondok
diemban oleh K. H. Dr. Abdullah Syukri Zarkasyi, K. H.
Hasan Abdullah Sahal, dan K. H. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag.
Yang
menarik, sebagai eye catcher, adalah
kalimat tanya Ke Gontor, Apa Yang Kau Cari? Untaian kata ini terpampang di
beberapa gedung di Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), baik di pondok putra
maupun putri. Juga terbaca sejumlah kata-kata mutiara sebagai motivator bagi guru
dan santri dalam mengajar-belajar mulai pukul 04.00 s.d 22.00 setiap hari. Guru
mengenakan jas dan/atau berdasi dan santri bercelana panjang dan kemeja. Ketika
shalat saja mereka bersarung dan kopiah (peci).
Yang
juga menarik, santri selalu antri dan lari. Mau mandi, antri. Mau makan, antri.
Menuju kelas, menuju dapur, menuju masjid, mereka lari atau jalan rapi
berduyun-duyun. Bersamaan dengan itu, kakak kelasnya bertepuk tangan memberikan
aba-aba agar semangat dan cepat berkumpul di masjid atau kelas atau berbaris
rapi dalam suatu kegiatan.
Melihat itu semua, ternyata pesantren, khususnya
Gontor, sangat dinamis dan enerjik dalam proses belajar – mengajarnya. Hanya
saja, sampai sekarang saya belum tahu, apa jawaban yang tepat untuk pertanyaan:
Ke Gontor, Apa Yang Kau Cari? Adakah pembaca yang tahu jawabannya? *
2 Comments:
Ana mencari Pendidikan di Gontor
Pendididikan kehidupan
Ana mencari ilmu dan pendidikan, yang mengantarkan ana menjadi wanita muslimah. Juga mencari ridha Orang Tua, setelah itu ridha Allah SWT :)
Posting Komentar
<< Home