Gede on Writing

Selasa, Maret 27, 2012

Pulanglah Pak


Pulanglah Pak

Perutnya sakit lagi Pak.
Pagi tadi sudah makan dua goreng pisang
Kemarin harganya masih Rp500 sebuah
Tadi kubeli empat, Rp3.000.
Dua untuk Bagus, dua lagi untuk Diah.

Siang ini, hanya sisa setengah liter beras.
Tak ada lagi asin yang biasa menemani.
Garam masih cukup, juga cengek, dan gula aren.
Malam nanti, habis sudah Pak.
Apalagi besok, tak tersisa.

Pulanglah Pak.
Pembantu Bapak berkumpul di depan kamera televisi.
Kulihat di pesawat TV di warung dekat lapangan bola
waktu aku minta izin untuk utang asin lagi.
Polisi dan tentara dikerahkan, kata menteri Bapak,
demi keamanan nasional. Demi rakyat.

Ya Pak, semoga aman.
Tapi Pak, pulanglah. Segera ya Pak.
Soalnya, harga makanan sudah naik, malah tak menentu
Kudengar di warung, ada 90 juta orang yang seperti aku.
Tak punya beras lagi buat besok, apalagi lauk-pauk.
Pak, biarlah aku puasa. Puasa terpaksa.

Tapi, bagaimana Bagus dan Diah, makankah esok?
Mereka masih kecil Pak. Asal kenyang, meskipun tak bergizi
Mereka juga warga negara Indonesia, sama seperti Bapak.
Sama seperti menteri dan wamen Bapak.
Sama seperti anggota DPR, DPRD, dan kepala daerah.
Sama seperti orang partai yang dulu memberikan Rp20.000 waktu pemilu.

Pak, pulanglah…