Gede on Writing

Kamis, Februari 09, 2012

Wajibkah Mahasiswa Menulis di Jurnal?

Wajibkah Mahasiswa Menulis di Jurnal?
Gede H. Cahyana

Harus diakui, termasuk oleh kalangan di Kemendikbud, khususnya Ditjen Dikti, bahwa pelajaran Bahasa Indonesia, dari SD s.d SMA, MA, SMK dan di perguruan tinggi belum mampu membuat siswa dan mahasiswa memiliki keprigelan dalam menulis. Baik tulisan ilmiah (saintifik) maupun ilmiah populer di media massa sangat sedikit yang melakoninya. Lantas, kalau mahasiswa belum mampu menulis di jurnal dengan kategori ilmiah menurut masyarakat ilmiah (bukan jurnal-jurnalan), apakah kelulusannya ditunda?

Aturan buatan Dikti itu bagus-bagus saja, cita-citanya luhur, yakni mewujudkan kaum intelek di Indonesia yang mampu menulis ilmiah. Tetapi perlulah dilihat, apakah mayoritas mahasiswa mampu menulis di jurnal atau media massa lainnya? Seperti ditulis di atas, pendidikan dasar dan menengah harus ikut bertanggung jawab atas produk SDM yang dihasilkannya. Lihatlah pola ujiannya. Semua ujian di Dikdasmen berupa pilihan ganda. Asalkan rajin baca, baca, baca, dan hafalkan..., pasti bisa menjawab. Andaikata tidak tahu poin mana yang betul, murid-murid selalu saja bisa memilih satu di antara empat atau lima opsi jawaban. Untung-untungan. Aliasnya adalah judi (meskipun tidak akan ditangkap polisi).

Lain halnya kalau siswa sejak di SD atau paling telat sejak di SMP dibiasakan ujian esai. Juga rutin diberi tugas menulis cerita, membuat seni grafis, menulis kesan-pesan saat libur, membuat parafrase, menulis berita, cerpen, cerbung, cergam, dan sejenisnya. Tugas-tugas itu bisa berkelompok bisa juga personal. Satu hal saja, latihan itu bisa dengan tulisan tangan untuk mengurangi salin-tempel dan melatih murid dalam “menggoreskan pena”. Usulan lain, hidupkan lagi majalah dinding yang pernah laku keras pada dekade 1980 hingga 1990 dan majalah sekolah yang dikelola oleh OSIS. Adakan lomba menulis antarsiswa dengan variasi tema dan momentum peringatan hari-hari raya dan nasional dan lomba di tingkat kabupaten, provinsi, nasional.

Kalau faktanya seperti di atas, belum lagi adanya variasi kualitas SD s.d SMA, MA, SMK, tentu sangat berat mewajibkan calon lulusan PT untuk menulis di jurnal ilmiah yang betul-betul saintifik. Jangan-jangan mayoritas malah drop-out! Memang bisa saja, semua mahasiswa diwajibkan menulis (mengerjakan tugas kuliah berupa tulisan) di semua mata kuliah dalam kurikulum tanpa salin-tempel. Tetapi, maukah dosen memeriksanya dengan teliti? Faktanya juga, karena jumlah mahasiswa bimbingan skripsinya sangat banyak, maka pembimbingannya mirip antrian di klinik praktik dokter. Tidak sampai lima menit, bimbingan sudah (dianggap) selesai. Begitu terjadi berkali-kali. Bagaimana kualitas skripsinya?

Jika demikian, wajibkah mahasiswa S1 menulis di jurnal (pada tahun 2012 ini?) Kalau tidak tahun 2012, kapankah selayaknya dimulai? *