Wajibkah Mahasiswa Menulis di Jurnal?
Wajibkah Mahasiswa Menulis di Jurnal?
Gede H. Cahyana
Harus diakui,
termasuk oleh kalangan di Kemendikbud, khususnya Ditjen Dikti, bahwa pelajaran
Bahasa Indonesia, dari SD s.d SMA, MA, SMK dan di perguruan tinggi belum mampu
membuat siswa dan mahasiswa memiliki keprigelan
dalam menulis. Baik tulisan ilmiah (saintifik) maupun ilmiah populer di media
massa sangat sedikit yang melakoninya. Lantas, kalau mahasiswa belum mampu
menulis di jurnal dengan kategori ilmiah menurut masyarakat ilmiah (bukan
jurnal-jurnalan), apakah kelulusannya ditunda?
Aturan buatan
Dikti itu bagus-bagus saja, cita-citanya luhur, yakni mewujudkan kaum intelek
di Indonesia yang mampu menulis ilmiah. Tetapi perlulah dilihat, apakah
mayoritas mahasiswa mampu menulis di jurnal atau media massa lainnya? Seperti
ditulis di atas, pendidikan dasar dan menengah harus ikut bertanggung jawab
atas produk SDM yang dihasilkannya. Lihatlah pola ujiannya. Semua ujian di
Dikdasmen berupa pilihan ganda. Asalkan rajin baca, baca, baca, dan
hafalkan..., pasti bisa menjawab. Andaikata tidak tahu poin mana yang betul,
murid-murid selalu saja bisa memilih satu di antara empat atau lima opsi jawaban.
Untung-untungan. Aliasnya adalah judi (meskipun tidak akan ditangkap polisi).
Lain halnya kalau
siswa sejak di SD atau paling telat sejak di SMP dibiasakan ujian esai. Juga rutin
diberi tugas menulis cerita, membuat seni grafis, menulis kesan-pesan saat
libur, membuat parafrase, menulis berita, cerpen, cerbung, cergam, dan
sejenisnya. Tugas-tugas itu bisa berkelompok bisa juga personal. Satu hal saja,
latihan itu bisa dengan tulisan tangan untuk mengurangi salin-tempel dan
melatih murid dalam “menggoreskan pena”. Usulan lain, hidupkan lagi majalah
dinding yang pernah laku keras pada dekade 1980 hingga 1990 dan majalah sekolah
yang dikelola oleh OSIS. Adakan lomba menulis antarsiswa dengan variasi tema
dan momentum peringatan hari-hari raya dan nasional dan lomba di tingkat
kabupaten, provinsi, nasional.
Kalau faktanya
seperti di atas, belum lagi adanya variasi kualitas SD s.d SMA, MA, SMK, tentu
sangat berat mewajibkan calon lulusan PT untuk menulis di jurnal ilmiah yang
betul-betul saintifik. Jangan-jangan mayoritas malah drop-out! Memang bisa
saja, semua mahasiswa diwajibkan menulis (mengerjakan tugas kuliah berupa tulisan)
di semua mata kuliah dalam kurikulum tanpa salin-tempel. Tetapi, maukah dosen
memeriksanya dengan teliti? Faktanya juga, karena jumlah mahasiswa bimbingan
skripsinya sangat banyak, maka pembimbingannya mirip antrian di klinik praktik
dokter. Tidak sampai lima menit, bimbingan sudah (dianggap) selesai. Begitu
terjadi berkali-kali. Bagaimana kualitas skripsinya?
Jika demikian,
wajibkah mahasiswa S1 menulis di jurnal (pada tahun 2012 ini?) Kalau tidak
tahun 2012, kapankah selayaknya dimulai? *
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home