Gede on Writing

Minggu, Agustus 08, 2010

Siasat Shaum Ramadhan

Sahabat muslimin-muslimat, agar sehat lahir (dan insya Allah sehat batin), mari coba praktikkan hal-hal di bawah ini ketika Ramadhan.

SAHUR
Minumlah madu (asli) 2-3 sendok makan. Kalau terasa mual (biasanya terjadi selama empat hari pertama), campurlah madu itu dengan segelas air minum hangat. Lima menit kemudian, silakan makan nasi, lauk, sayur. Takarannya seukuran sarapan, artinya tidak membludak sampai bergunung di atas piring. Tutuplah dengan segelas air hangat lagi. Usahakan kurangi yang pedas-pedas, bolehlah... kalau memang tak bisa tanpa sambal, tetapi sedikit saja.


BUKA
Minumlah madu (asli) 2-3 sendok makan atau dicampur dengan air hangat apabila terasa mual. Ini biasa, nanti akan terbiasa juga. Boleh juga kurma, maksimum 7 biji saja. Jangan lebih karena kunyahan kurma bersifat menyedot air di lambung kita. Tutuplah dengan minum segelas air hangat. Tunaikan shalat Maghrib lalu tadarus atau membaca-menulis apa saja, yang positif. Kurangi makan goreng-gorengan. Hindari minum es, meskipun terasa nikmat. Kebiasaan yang nikmat dan banyak dilakukan orang, belum tentu tepat dan baik untuk metabolisme tubuh kita.

Berbukalah dengan yang manis-manis (istri masing-masing juga manis khan?), seperti kata iklan di radio, TV, koran, dan internet, itu boleh juga. Tetapi kandungan karbohidratnya kebanyakan berupa sakarosa, bukan glukosa dan fruktosa. Kurangi makan kolak dkk-nya karena terlalu berlimpah gulanya yang relatif sulit dicerna. Kalau ngebet, yaa... bolehlah, tapi sedikit. Dikit! Sebaiknya makan pepaya, mangga manis, atau apel. Hindari yang asam sekali. Rujak juga boleh, tapi yaa... sedikit saja. Dikit! Dan jangan terlalu pedas.

Makanlah nasi, lauk, sayur setelah shalat Tarawih. Takarannya seperti hari-hari biasa. Kuncinya cuma satu, yaitu TIDAK balas dendam. Pola makan ketika Ramadhan sebetulnya hanya menggeser waktunya saja. Malah makin mantap karena ada niat yang kuat untuk shaum. Niat inilah yang dapat mengalahkan rasa lapar yang biasanya muncul pada pk. 11.00 s.d 13.00 waktu setempat, untuk daerah ASEAN pada umumnya (tropis).

---*---

Selain makanan fisik tersebut, mari coba juga makanan nonfisik. Lihatlah orang lain dari sisi kebaikannya. Yang positif-positifnya saja. Kejelekan mulut, perilaku dll, biarlah urusan itu diserahkan kepada Allah. Itu antara Allah dan dirinya. Tugas kita hanya berbaik sangka, berpikir positif dan bertindak positif.

Usahakan shalat Dhuha minimal 2 rakaat setiap hari. Bisa dilaksanakan di kantor atau di mana saja ketika ada waktu 5 menit. Kalau tak ada air, tayyamum saja. Juga shalat malam, yaitu Tarawih. Kalau tidak sempat Tarawih, silakan shalat malam (Tahajjud) setengah s.d satu jam menjelang Shubuh. Upayakan 11 rakaat, dengan surat-surat pendek di dalam Juz ‘Amma. Kalau mampu yang lebih panjang, silakan saja, itu insya Allah lebih afdhal.

Upayakan juga infak, sedekah, zakat setiap hari pada bulan Ramadhan. Besar kecilnya bukanlah soal. Tentu makin besar secara ikhlas akan lebih baik. Semuanya bisa dilaksanakan dengan uang, bisa juga dengan benda atau makanan, seperti memberikan makanan kepada orang yang berbuka shaum. Bahkan senyum ikhlas pun dihitung sedekah. Berkaitan dengan uang, salurkanlah ke lembaga-lembaga resmi yang ada di daerah masing-masing dan mereka rutin mengumumkan penggunaan uang masyarakat itu, setiap pekan atau bulan. Lembaga ini pun selayaknya diaudit atau HARUS diaudit, minimal oleh warga yang menitipkan dana itu kepada mereka. Jangan karena merasa ikhlas berinfak-zakat-sedekah lalu warga membiarkan begitu saja pengelolaan dana itu, bahkan sampai petugasnya mengorupsi dana itu. Pembiaran seperti ini pun akan ada pertanggungjawabannya di akhirat nanti, karena seolah-olah membiarkan orang lain berbuat buruk.

Sahabat, silakan mulai shaum pada tanggal 9 Agustus 2010, silakan juga pada 11 Agustus 2010, atau pada tanggal lain yang diyakini karena sudah dihisab dengan ilmu dan teknologi atau rukyat hilal. Yang pasti, semuanya mulai shaum pada 1 Ramadhan 1431 H. Tak usahlah kelompok yang satu mengklaim sebagai kelompok yang betul sambil menyalahkan kelompok lain. Silakan laksanakan sesuai dengan keyakinan berdasarkan ilmu dan teknologi, tanpa menyalahkan kelompok lain, apalagi sama-sama muslim dengan enam rukun iman yang sama. Kecuali kalau debat itu dilaksanakan di forum ilmiah dan dengan moderator yang adil, tentu sah-sah saja. Kalau di masyarakat bawah, di akar rumput, dan sekadar isu, gak usahlah begitu, karena seperti memancing di air keruh, membuat kekacauan saja. Maaf apabila ada sahabat yang tidak setuju pada pendapat ini. Mudah-mudahan kita setuju (baca: satu tujuan) dalam mardhatillah. *