Ternak Nyamuk
Ternak Nyamuk
Beternak ayam, sudah umum. Beternak buaya, juga biasa. Ternak burung, apalagi! Ternak nyamuk? Ini yang luar biasa. Tak biasa, gitu lho! “Emangnya kalo dijual bisa laku berapa Pak?” selidik Si Bungsu gak percaya. Walaa…h anakku, kecil-kecil sudah berpikir bisnis. Apa semua ternak harus dijual gitu, kan boleh saja dibuang. Iya… kan?! Dibuang justru bersahabat dengan lingkungan, bisa jadi pupuk. Istilahnya: microfertilizer.
Apalagi pada musim hujan ini (bukan PENG-hujan lho, hapus awalan PENG-nya). Jentik nyamuk Aedes aegypti berkembang bak jamur di musim hujan, subur banget. Wabah demam berdarah bisa meletus di mana-mana. Berabe kan kalo daerah kita dinyatakan KLB(Kejadian Luar Biasa, istilah halus untuk wabah; biasalah…, bangsa kita senang eufemisme) oleh Dinas Kesehatan setempat. Lantas petugas dinas diminta “fogging”. Ini sudah telat. Pengasapan cuma mengusir nyamuk, gak bakal mampu membunuhnya. Cuma kabur, ntar balik lagi kalo asapnya habis.
Truzz…, gimana caranya? Ya itu tadi, sesuai dengan judul di atas: ternak nyamuk atau jentik. Taruhlah kaleng, ember, atau vas yang diisi air di tempat lembab, agak gelap. Biarkan sepekan-dua pekan, kemudian… sim salabim, bukan sulap bukan sihir… muncul jentik-jentik nyamuk Aedes itu. Tapi jangan dibiarkan sampai menjadi nyamuk. Buang langsung di tanah atau di pot bunga agar bisa menjadi pupuk. Lumayan buat sumber nutrien: nitrogen dan fosfor. Makin banyak wadah airnya, makin besar juga panen pupuknya. Lalu isi ulang wadahnya dengan air dan taruh lagi di tempat semula atau tempat lain yang diperkirakan disukai nyamuk.
Kalau semua rumah mencoba cara demikian, tak mustahil daerahnya bebas demam berdarah sekaligus pot-pot bunganya subur terus. Tapi ingat, jangan sampai lupa lokasi “kolam” buat Si Jentik Lurik Cantik yang parasit itu. Kalau lupa…, ya sama saja dengan beternak nyamuk untuk memperbanyak orang kena demam berdarah. Kalau ini terjadi, maaf saja…, saya tak hendak bertanggung jawab. Hehe hm. :)
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home