Ternak Bakteri
Ternak Bakteri
Oleh Gede H. Cahyana
Peternakan sapi perah, sudah lumrah. Begitu juga lele, domba, dan ular. Bagaimana dengan peternakan bakteri? Mengerikankah? Jahatkah makhluk satu sel ini? Manusia terdiri atas banyak sel. Bakteri hanya satu sel. Logikanya, yang menang adalah yang bersel banyak. Tapi kenapa manusia dikalahkan oleh bakteri? Diare, disentri, tifus, kolera, dan lain-lain adalah hasil kerja si mikroba ini.
Sebetulnya banyak sisi baik Si Jasad Renik ini. Sampah bisa diolah menjadi kompos karena bakteri. Air limbah tak lagi mencemari sungai juga lantaran dia. Kuburan (makam, bukan maqam) bisa “diisi ulang” juga karena bakteri. Perut kita “setimbang” kondisinya tak lain akibat kerja bakteri yang harmoni bergotong-royong. Tangki septik pun “dihidup-hidupkan” oleh bakteri. Dijester pengolah limbah ternak sapi penghasil biogas untuk memasak di dapur tak lepas dari bakteri. Banyak lagi yang lain.
Selain banyak, ia juga bertebaran di mana-mana. Kosmopolitan. Perannya luas dan besar padahal dari komposisi fraksi organiknya, rumus empirisnya, ia sederhana: C5H7O2N. Dari formula ini, 53% berat fraksi organiknya adalah karbon. Kecuali itu masih ada rumus lain yang berisi fosfor: C60H87O23N12P. Boleh jadi masih ada formula lain lagi bergantung pada asumsi unsur yang ada di dalam selnya.
Jika demikian, timbul pertanyaan: samakah manusia dengan bakteri, makhluk satu sel itu? Faktanya, manusia pun sel tunggal (single cell) ketika sperma dan sel telur (ovum) menyemai menjadi zigot (zygote) di dalam rahim ibu. Nah, gimana dong?! Layakkah manusia bersombong ria terhadap makhluk lainnya, padahal terhadap bakteri saja ia tak kuasa, ia bertekuk lutut, bahkan terkapar? Sebab…, di atas langit, masih ada langit! *
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home